CYBER CRIME & UU ITE

10 Contoh kasus kejahatan siber yang terkini (dalam kurun waktu 2 tahun terakhir), kemudian kategorikan kasus kejahatan siber tersebut menurut definisi Sussan Brenner dan E.R Indrajit.


1.       Penyebar Ransomware Revil Digerebek

(Kasus ini termasuk Cybercrimes Sussan Brenner karena kejahatan ini menjadikan computer sebagai sasaran atau target sekaligus sebagai alat dalam melakukan kejahatan)

Pemerintah AS kabarnya sukses menggerebek sindikat hacker REvil, yang ada di balik berbagai serangan ransomware meresahkan.


Dilansir Reuters, Senin (25/10/2021) dalam operasi gabungan antara beberapa badan federal AS seperti FBI, Secret Service, Cyber Command, dan bermacam badan dari beberapa negara tersebut, jaringan sindikat hacker tersebut berhasil dihack dan dimatikan.

Termasuk blog milik Revil yang tersimpan di dark web tersebut sukses dimatikan. Blog tersebut sebelumnya dipakai Revil untuk menyebarkan bermacam informasi yang mereka curi dari korbannya.

 

Sumber. https://inet.detik.com/security/d-5781885/penyebar-ransomware-revil-digerebek?_ga=2.3763509.466764272.1646363900-725758980.1645612017



2.       Penipuan E-Mail Bisnis Rugikan Rp 1,4 M Dibongkar, 1 WN Nigeria Buron 
(Kasus ini termasuk kasus Fabrication/
 E.R Indrajit karena melakukan tindakan pengelabuan seolah-olah terjadi suatu permintaan interaksi dari seseorang ataupun suatu organisasi)

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Yogyakarta - Ditreskrimsus Polda DIY mengungkap kasus penipuan dengan modus business e-mail compromise (BEC). Total kerugian yang dialami korban mencapai Rp 1,4 miliar. Mereka merupakan jaringan internasional yang melakukan kejahatan dengan mengincar surel yang memiliki celah untuk transaksi keuangan.

Roberto menjelaskan, sasaran kejahatan dari kelompok mengincar celah kerentanan dari sebuah surat elektronik (surel). Sasarannya adalah surel yang memiliki celah untuk transaksi keuangan.

Terungkapnya kasus ini bermula saat korban yakni PT Pagilaran yang bergerak di bidang ekspor komoditi pangan yang melakukan hubungan usaha dengan Good Crown Food/Global Tea, Ltd di Kenya, Afrika. Ternyata, surel transaksi kedua perusahaan itu telah disusupi oleh para tersangka.


"Surelnya sudah disusupi atau dihack, tadinya ekspor.pagilaran@gmail.com menjadi ekspor.pagilarans@gmail.com. Jadi ada penambahan huruf s di dalam surelnya," urainya.

sumber. 
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5709666/penipuan-e-mail-bisnis-rugikan-rp-14-m-dibongkar-1-wn-nigeria-buron?_ga=2.66799915.466764272.1646363900-725758980.1645612017

 

3.       500 Juta Data Pengguna LinkedIn Bocor, Dilelang Mulai Rp 29.000
(Kasus ini termasuk Interception/
 E.R Indrajit karena adanya Tindakan komunikasi tanpa adanya sepengetahuan pemilik akses yang memuat data pengguna, sehingga terjadinya kebocoran data)


Jakarta - Data pengguna LinkedIn dilaporkan telah bocor di Internet. Sebanyak 500 juta data dilelang di sebuah forum oleh peretas yang berisi data profil LinkedIn.
Beberapa hari setelah kebocoran besar yang dialami oleh Facebook, kali ini terjadi lagi dan melibatkan platform lain yakni LinkedIn. Informasi yang beredar menyebutkan sebanyak 500 juta data profil LinkedIn telah dijual di forum peretas populer.

Diduga data yang bocor berisi informasi pribadi pengguna LinkedIn seperti nama lengkap, alamat email, nomor telepon, informasi tempat kerja dan lainnya, dilansir detikINET dari Cybernews, Jumat (9/4/2021).

 

Sementara itu, untuk membuktikan keabsahan informasi tersebut, pelaku memasukkan dua juta data sebagai sampel. Pengguna di forum peretas dapat melihat sampel data tersebut seharga USD 2 (sekitar 29 ribu rupiah). Pelaku juga melelang 500 juta data pengguna dengan harga yang cukup besar mencapai empat digit yang diyakini dalam bentuk mata uang digital, Bitcoin.

sumber. 
https://inet.detik.com/security/d-5525922/500-juta-data-pengguna-linkedin-bocor-dilelang-mulai-rp-29000.

 

4.       500 Juta Nomor Telepon Pengguna Facebook Dijual di Telegram

(Kasus ini termasuk Interception/ E.R Indrajit karena adanya Tindakan komunikasi tanpa adanya sepengetahuan pemilik akses yang memuat data pengguna, sehingga terjadinya kebocoran data)

Jakarta - Hacker menjual database berisi nomor telepon milik ratusan juta pengguna Facebook menggunakan bot Telegram. Data tersebut dijual dengan harga USD 20 per nomor telepon.

Hacker ini menggunakan bot Telegram untuk memudahkan orang yang ingin membeli data. Bot ini bisa menemukan nomor telepon pengguna Facebook jika 'calon pembeli' sudah memiliki ID penggunanya, dan jika calon pembeli sudah memiliki nomor telepon pengguna, bot tersebut bisa mencari ID Facebook-nya.

Awalnya informasi dari bot ini disamarkan, dan pengguna harus membeli kredit untuk melihat nomor telepon atau ID Facebook secara lengkap. Satu kredit dipatok dengan harga mulai USD 20, dan 1.000 kredit dijual dengan harga USD 5.000.

Berdasarkan screenshot yang diunggah Gal, bot ini setidaknya sudah beroperasi sejak 12 Januari 2021, tapi data Facebook yang dijual berasal dari tahun 2019. Meski sudah cukup lawas, penjualan data ini tetap menghadirkan risiko privasi dan keamanan siber karena kebanyakan orang tidak begitu sering mengganti nomor teleponnya.

Saat ini belum diketahui apakah Motherboard atau Gal sudah menghubungi Telegram untuk mencekal bot tersebut. Tapi jika bot Telegram-nya telah dihapus pun database tersebut tetap bisa diakses di internet.

sumber. 
https://inet.detik.com/security/d-5349450/500-juta-nomor-telepon-pengguna-facebook-dijual-di-telegram.

 

 

5.       Penjara di New Mexico Lumpuh Total Diserang Ransomware

(Kasus ini termasuk Cybercrimes Sussan Brenner karena kejahatan ini menjadikan computer sebagai sasaran atau target sekaligus sebagai alat dalam melakukan kejahatan)

NEW MEXICO - Serangan ransomware minggu lalu telah membuat penjara area Albuquerque di Bernalillo County, New Mexico lumpuh total. Seluruh penghuni terkunci otomatis di penjara dan sejumlah kamera pemantau juga tak berfungsi. Dikutip dari The Verge, Rabu (12/1/2022), serangan tersebut pertama kali dilaporkan oleh Albuquerque Journal ketika akses pengunjung ke penjara tersebut ditangguhkan karena penjara terkunci. Semua layanan internet di penjara juga lumpuh, membuat staf tidak dapat mencari catatan narapidana. seluruh narapidana di dalam penjara tersebut juga terkunci sejak 5 Januari 2022 lalu hingga kini.

Penjara tersebut hanyalah salah satu satu dari korban serangan ransomware yang lebih besar yang melanda Bernalillo County, daerah terpadat di New Mexico, pada tanggal 5 Januari 2022. Sejumlah pegawai pemerintahan setempat juga tidak dapat mengakses basis data pemerintah daerah, dan semua kantor publik ditutup sementara. Siaran pers tertanggal 10 Januari mencatat bahwa kantor pusat kantor daerah masih dibuka kembali sebagian.

sumber. 
https://tekno.sindonews.com/read/654393/207/penjara-di-new-mexico-lumpuh-total-diserang-ransomware-1641956493/10

 

6.       Jaringan internet Israel diserang habis-habisan hacker China

(Kasus ini termasuk Cybercrimes Sussan Brenner karena kejahatan ini menjadikan computer sebagai sasaran atau target sekaligus sebagai alat dalam melakukan kejahatan)


Sebuah perusahaan keamanan siber mengatakan, peretas yang didukung Beijing melakukan serangan siber terhadap Israel sementara berpura-pura beroperasi dari musuh bebuyutan Israel, Iran.

Perusahaan keamanan siber FireEye pada 10 Agustus mengatakan, sebuah studi yang dilakukannya bersama pihak militer Israel menunjukkan, “UNC215” telah meretas jaringan komputer pemerintah 
Israel setelah menggunakan “remote desktop protocols” atau RDP.Bagian dalam sebuah komputer di New Jersey, 23 Februari 2019. Pada 2 Juli 2021, sekitar 200 perusahaan AS lumpuh setelah diserang ransomware.

 

Peretasan itu dilakukan untuk mencuri kredensial dari pihak ketiga yang dipercaya pemerintah Israel. RDP memungkinkan peretas berhubungan dengan komputer dari jarak jauh dan melihat “isi desktop” itu dari sebuah perangkat jarak jauh. FireEye menggambarkan “UNC215” sebagai kelompok mata-mata yang dicurigai berasal dari China.

 

Sumber. https://infografis.sindonews.com/photo/10106/jaringan-internet-israel-diserang-habishabisan-hacker-china-1629676262

 

7.       Hacker sukses Gondol Mata Uang Kripto Senilai Rp 8,5 Triliun

(Kasus ini termasuk Interception/ E.R Indrajit karena adanya Tindakan komunikasi tanpa adanya sepengetahuan pemilik akses yang memuat data pengguna, sehingga terjadinya kebocoran data)

 

Seorang hacker berhasil membobol perusahaan jasa pengelola keuangan mata uang kripto Poly Network dalam jumlah yang fantastis yakni USD600 juta atau setara Rp8,5 triliun. BBC menyebutkan aksi pembobolan tersebut diyakini merupakan aksi peretasan mata uang kripto terbesar yang pernah ada saat ini.

Dalam keterangan resminya melalui akun twitter, Poly Network meminta maaf karena adanya serangan peretasan tersebut. Mereka mengatakan sejumlah 
mata uang kripto seperti Binance Chain, Ethereum dan Polygon yang dikelola oleh Polygon Network telah dipindahtangankan secara ilegal.

 

Seperti BBC,Poly Network mengatakan pembobolan tersebut merupakan salah satu dari pemboboan terbesar di dunia keuangan blockchain. Poly Network mengatakan aksi pembobolan tersebut merupakan tindakan kriminal dan harus dipertanggungjawabkan secara hukum. Selengkapnya lihat infografis.

 

Sumber. https://infografis.sindonews.com/photo/9860/hacker-sukses-gondol-mata-uang-kripto-senilai-rp85-triliun-1628642941

 

8.       Dua peretas Website KPU Jamber diamankan polda Jatim

(Kasus ini termasuk Modification/ E.R Indrajit karena adanya tindakan perubahan terhadap data atau informasi atau konten yang mengalir dalam sebuah infasturktur teknologi informasi tanpa sepengetahuan yang mengirimkan/menerimanya dan merugikan pemilik web site. )

 

Dirreskrimsus Polda Jatim Kombes Gidion Arif Setyawan mengungkapkan, kasus ini berawal pengaduan oleh KPU Jember bahwa pada tanggal 6 Oktober 2020 pada pukul 20.00 WIB, website KPU Jember diretas oleh seseorang dengan gambar yang tidak senonoh. "Usai menerima laporan ini, kami melakukan pencarian dan menemukan dua pelaku, DA dan ZFR," katanya di Mapolda Jatim, Selasa (13/10/2020). Namun, lanjut dia, ZFR tidak ditahan karena masih di bawah umur.

 

Kendati demikian, Gidion menegaskan proses penegakan hukum masih terus berlanjut. "Dalam pengungkapan kasus ini, kami mengamankan sejumlah barang bukti. Yakni dua handphone, satu laptop dan satu Router yang digunakan pelaku," ujarnya. Mantan Dirreskrimsus Polda Riau ini menambahkan, hasil pemeriksaan terhadap para pelaku, mereka berdua sudah melakukan peretasan beberapa website. Setidaknya, ada 400 website diretas.

sumber. 
https://daerah.sindonews.com/read/194668/704/dua-peretas-website-kpu-jember-diamankan-polda-jatim-1602569423

 

9.       Kebocoran data Kreditplus

(Kasus ini termasuk Interception/ E.R Indrajit karena adanya Tindakan komunikasi tanpa adanya sepengetahuan pemilik akses yang memuat data pengguna, sehingga terjadinya kebocoran data)

 

Data milik perusahaan teknologi asal Indonesia yang bergerak di bidang finansial (fintech), Kreditplus diduga bocor dan dijual bebas di internet pada Agustus 2020 lalu. Kebocoran data pengguna KreditPlus dipaparkan dalam laporan dari firma keamanan siber asal Amerika Serikat, Cyble. Berdasarkan laporan tersebut, data pribadi milik sekitar 890.000 nasabah Kreditplus diduga bocor.

 

Data ratusan ribu pengguna tersebut konon dijual di forum terbuka yang biasanya digunakan sebagai kanal untuk pertukaran database hasil peretasan, Raidforums. Adapun database ini menghimpun sejumlah data pribadi pengguna yang terbilang cukup sensitif, di antaranya seperti nama, alamat e-mail, kata sandi (password), alamat rumah, nomor telepon, data pekerjaan dan perusahaan, serta data kartu keluarga (KK). Menurut lembaga riset siber Indonesia CISSRec (Communication & Information System Security Research Center), database yang konon berukuran 78 MB ini telah tersebar di situs RaidForum sejak 16 Juli 2020.

Sumber. https://tekno.kompas.com/read/2021/01/01/14260027/7-kasus-kebocoran-data-yang-terjadi-sepanjang-2020?page=all

 

10.   Kasus kebocoran data yang menimpa platform cashback rewards serta kurator e-commerce asal Singapura, ShopBack terjadi pada September 2020 lalu.

(Kasus ini termasuk Interception/ E.R Indrajit. karena adanya Tindakan komunikasi tanpa adanya sepengetahuan pemilik akses yang memuat data pengguna, sehingga terjadinya kebocoran data)

 

 Dalam keterangan resmi yang dibagikan ShopBack lewat e-mail kepada seluruh penggunanya, disebutkan bahwa ShopBack mengaku menemukan adanya akses ilegal ke sistem yang memuat data pengguna. Saat itu, ShopBack memastikan bahwa informasi penting pengguna seperti password masih tetap aman dan terlindungi lewat enkripsi. Data kartu kredit pun juga tidak disimpan di dalam sistem Shopback. Meski demikian, ShopBack tetap menganjurkan penggunanya untuk mengganti password dan membedakan kata sandi baru mereka dengan aplikasi lainnya demi keamanan akun.

Sumber. 
https://tekno.kompas.com/read/2021/01/01/14260027/7-kasus-kebocoran-data-yang-terjadi-sepanjang-2020?page=all

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasus Yang Berhubungan Dengan Kejahatan Siber atau Kejahatan Digital

Multimedia Forensik